Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional



 Aspek-aspek kecerdasan emosional
Cooper dan Sawaf (1997) memetakan kecerdasan emosional meliputi lima faktor dengan 21 aspek atau indikator
a.       Situasi saat ini terdiri atas tiga aspek, yaitu (1) peristiwa dalam hidup, (2) tekanan pekerjaan, (3) tekanan masalah pribadi. Tiap peristiwa yang dialami dalam pekerjaan atau dalam kehidupan pribadi antara lain : pernah menjadi korban kejahatan, diberhentikan atau dipecat, pensiun, berpisah dan bercerai, dan kematian seorang teman atau anggota keluarga, sakit atau cedera.
b.      Keterampilan emosi. Komponen ini terdiri atas tiga aspek, yaitu : (1) kesadaran diri emosi, (2) ekspresi emosi, (3) kesadaran emosi terhadap orang lain. Komponen ini memuat pernyataan-pernyataan yang mengambarkan seberapa baik pikiran dan perasaan tentang diri sendiri, seperti kapan bisa marah, jika sedih tahu alasannya, cenderung menghakimi diri sendiri, mengungkapkan emosi meskipun emosi tersebut negatif, membiarkan orang lain tahu bila ada perasaan yang tidak enak, dalam berinteraksi dapat merasakan perasaan orang lain.
c.       Kecakapan emosi. Komponen ini terdiri dari lima aspek yaitu : (1) intensionalitas, (2) kreatifitas, (3) ketangguhan, (4) hubungan antar pribadi, dan (5) ketidakpuasan konstruktif. Tiap indikator hendak mengungkapkan seberapa baik pekerjaan itu menggambarkan perilaku atau tujuan seperti mudah mengabaikan gangguan-gangguan, tahu cara mengatakan tidak, dapat menyingkirkan imbalan-imbalan jangka pendek dari sasaran jangka panjang, dapat memusatkan perhatian pada satu tugas sampai selesai, dapat menunda kepuasan pribadi demi sasaran yang lebih luas, marah apabila dikritik, sering tidak mengetahui penyebab kemarahan.
d.      Nilai-nilai emosi dan keyakinan. Komponen ini terdiri dari enam aspek, yaitu : (1) belas kasihan, (2) sudut pandang, (3) intuisi, (4) radius kepercayaan, (5) daya pribadi, dan (6) integritas. indikator-indikatornya tersusun untuk memberi nilai seberapa baik pernyataan itu menggambarkan perilaku atau hubungan, seperti dapat melihat rasa sakit pada orang lain, meskipun mereka tidak membicarakannya, tidak ragu menimbulkan kesibukan guna menolong orang lain yang kesulitan, dapat menemukan solusi atas masalah-masalah yang sulit, menyukai diri apa adanya, mengikuti kata hati ketika dihadapkan masalah yang sulit, dan bersedia melakukan kesalahan yang dilakukan.
e.       Hasil-hasil emosi. Komponen ini terdiri atas empat aspek yaitu : (1) kesehatan secara umum, (2) kualitas hidup, (3) kecakapan berelasi, dan (4) kinerja optimal. Indikatornya menunjukkan seberapa sering (jika pernah) mengalami gejala-gejala seperti sakit kepala karena tegang, sakit dan nyeri yang sulit dijelaskan, merasa menjadi korban atau dimanfaatkan orang lain, menyalahkan atau melecehkan orang lain, merasa kelebihan beban pekerjaan, pikiran kosong, kesal dan putus asa.
Salovey (Goleman, 1995) menjelaskan lima faktor yang dapat dipelajari untuk mengembangkan kecerdasan emosional, faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Mengenali emosi diri. Mengenali perasaan yang dirasakan terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi pemahaman diri.
b.       Mengelola emosi. Menangani perasaan agar dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang tergantung pada kesaadaran diri. Kemampuan untuk menghibur diri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan, merupakan hal-hal yang terkait dengan keterampilan emosional ini.
c.       Memotivasi diri sendiri. Penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam keterkaitan memberi perhatian untuk ,memotivasi diri sendiri dan menguasai diri serta mampu melakukan kreasi secara bebas. Pengendalian emosi seperti menahan diri terhadap suatu kepuasan dan pengendalian dorongan hati merupakan keberhasilan dalam berbagai bidang.
d.      Memahami emosi orang lain. Empati adalah kemampuan yang juga tergantung pada kesadaran diri emosional dan merupakan keterampilan bergaul berinteraksi dengan orang lain. Jika seseorang diberikan kemampuan empati yang tinggi, situasi demikian dapat mengarahkan pekerjaan yang cocok untuk individu tersebut, seperti keperawatan, pendidikan, penjualan dan manajemen.
e.       Membina hubungan. Setelah melakukan identifikasi, hal lain yang perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional yaitu dorongan memelihara hubungan dan membina hubungan tersebut. Keterampilan memberikan hubungan merupakan bagian dari keterampilan sosisal dan dapat menunjang dalam mengembangkan pergaulan.
Adapun Goleman (1999) menyusun suatu kerangka kecakapan emosi yaitu:
a. Kecakapan pribadi
1.      Kesadaran diri, yaitu mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumber daya, dan intuisi. Kesadaran diri terdiri dari tiga aspek yaitu :
a)      Kesadaran emosi ialah mengenali emosi diri sendiri dan efeknya.
b)      Penilaian diri secara teliti ialah mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri.
c)      Percaya diri ialah keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri.
2.      Pengaturan diri, yaitu mengelola kondisi, impuls dan sumber daya diri sendiri. Pengaturan diri ini terdiri dari lima aspek yaitu :
a)      Kendali diri, ialah mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan hati yang merusak.
b)      Sifat dapat dipercaya, ialah memelihara norma kejujuran dan integritas
c)      Kewaspadaan ialah bertanggungjawab atas kinerja pribadi.
d)     Adaptibilitas, ialah keluwesan dalam menghadapi perubahan.
e)      Inovasi, ialah mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru.
3.      Motivasi, yaitu kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan peraihan sasaran. Motivasi ini terdiri dari empat aspek yaitu :
a)      Dorongan prestasi, ialah dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.
b)      Komitmen, ialah menyesuaikan diri dengan sesama kelompok atau perusahaan.
c)      Inisiatif, ialah kesiapan untuk memamfaatkan kesempatan.
d)     Optimisme, ialah kegigihan dalam memperjuankan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.


b. Kecakapan Sosial
a.       Empati, yaitu kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain. Empati terdiri dari lima aspek yaitu :
a)      Memahami orang lain, yaitu mengindera perasaan dan perspektif orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka.
b)      Orientasi pelayanan, ialah mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan.
c)      Mengembangkan orang lain, ialah merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka.
d)     Mengatasi keragaman, ialah menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang.
e)      Kesadaran politik, ialah kemampuan membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan.
b.      Keterampilan sosial, yaitu kemahiran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain. Keterampilan sosial terdiri atas delapan aspek yaitu :
a)      Pengaruh, ialah bagaimana memiliki taktik-taktik untuk melakukan persuasi.
b)      Komunikasi, yaitu mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan.
c)      Kepemimpinan, yaitu kemampuan membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan oaring lain.
d)     Katalisator perubahan, ialah bagaimana memulai dan mengelola perubahan.
e)      Manajemen konflik, merupakan negosiasi dan pemecahan silang pendapat.
f)          Pengikat jaringan, yaitu menumbuhkan hubungan sebagi alat.
g)      Kolaborasi dan kooperasi, ialah bekerja sama dengan orang lain demi tujuan bersama.
h)      Kemampuan tim, yaitu menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan kepentingan bersama.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kecerdasan emosional meliputi mengenali emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi, memahami emosi orang lain, dan membina hubungan.

3 komentar:

  1. sumbernya mbak biar jelas.thanks

    salam kenal Moh.Ridwan

    BalasHapus
  2. Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

    Azwar, S. 2000. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

    Cooper, dan Sawaf, A. 1997. Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi. Terjemahan : Alex Tri Kantjono. Jakarta : PT. Gramedia.

    Chandra, P.E. Menyelaraskan Otak Berpikir dan Otak Emosional (online). 2004. (http://www.purdieechandra.com/content/view/05/35), tanggal 10 September 2006.

    Chaplin, J.P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

    Garliah, L dan Wulandari B. 2003. Hubungan antara Religiusitas dengan Altruisme pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Beragama Islam. Jurnal Intelektual. 2-1 137-150.

    Ginanjar, A., Ary. 2004. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ (Emosional Spiritual Quotient) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta. Penerbit Arga.

    Goleman, D. 1995. Emotional Intelligence. Terjemahan : T. Hermaya. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

    Harmoko, AR. 2005. Kecerdasan Emotional (online). (http://www.BINusCareer.com/article.Aspx?id4L03fqu87k631%2FWL86q5q6%3D%), tanggal 14 September 2006.

    Hidayati, N.R. 2002. Emotional Intelligence atau Kecerdasan Emosional? (online), (http://www.Bppsdmk.or.id/data/hotnews.Phpb?=2, tanggal 17 September 2006.

    Mu’tadin, Z. 2002. Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja (online) (http://www.Mtdn.id(data/dgwel/=1412100%luv?), tanggal 21 September 2006.
    Myers, D.G. 1999. Social Psychology. International Edition (6th) New York : United State by Random House, Inc.

    Mappiare. 1992. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Rajawali Pers.

    Nasution, S. 2000. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara.

    Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

    Raven, B.H. dan Rubin, JZ. 1983. Sosial Psychology (2th). Amerika : United State of Amerika.

    Lamb dan Harre. 1996. Ensiklopedi Psikologi. Jakarta : Arean.

    Santrock. 2003. Adolence Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Terjemahan Oleh Shinto B. Adler dan Sherly Saragih. Jakarta : Erlangga.

    Saman, A. 2004. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Penyesuaian Sosial Remaja di Sekolah. Jurnal Intelektual. 2-1 15-24

    Sarwono, S.W. 1999. Psikologi Sosial. Edisi Kelima. Terjemahan oleh Michael Asdiyanto. Jakarta : Balai Pustaka.

    Sears, O, Fieldmen. 1994. Psikologi Sosial. Edisi Kelima. Terjemahan oleh Michael Asdiyanto. Jakarta : Erlangga.

    Secaprama, V. 1999. Emotional Intelligence (online). (http://brasow.Tripod.com./isi/emosional.htm), tanggal 2 oktober 2006.

    Shapiro, L.E. 1997. Mengajarkan Emotonal Intelligence pada Anak. Terjemahan : Alex Tri Kantjono. 2001. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum.

    Sugiyono. 2003. Statistika Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.

    Zandi, J.W.V. 1982. Psycology Social (3th) New York : United State by Random House, Inc.

    Zubaidi, A. 1994. Tanggung Jawab Sosial dalam Hubungannya dengan Kesadaran Religiusitas dan Harga Diri Penghuni Kompleks Perumahan Perumnas. Study Pembangunan terhadap Penghuni Rumah Susun Konvensional Perumnas di Jakarta. Tesis : Program Pascasarjana Bidang Khusus Study Psikologi Sosial Universitas Indonesia.

    BalasHapus
  3. Mbk bukunya goleman yg th 1995 ada ga mbk,, q Pinjm klo ada, q cri di perpus ui tdk ada

    BalasHapus