Eksperimen Asosiasi



 
Eksperimen 01/EXP/2009
ASOSIASI

Nama Eksperimenter             :  Nur Aeni Latifah
Nomor Mahasiswa                  :  4507091008
Nama Subjek                          :  M. Fahrillah
Jenis Kelamin                         :  Laki-laki       
Umur                                       :  21 Tahun
Pendidikan                              :  Mahasiswa
No.Eksperimen                       :  01/EXP/2009
Tanggal Eksperimen               :  05 November 2009
Waktu Eksperimen                 :  Pukul 14.20 Wita
Tempat Eksperimen               :  Lesehan 212 Alauddin     

I.       PROBLEM
Tanggapan –tanggapan dari pikiran kita terlihat datang dan pergi, banyak dan sedikitnya berhubungan dengan kebiasaan. Apa bentuk hubungannya dan faktor-faktor apa saja yang berperan?
II.      DASAR TEORI
1
 
Chaplin (2002) menyatakan bahwa jiwa itu tersususn atas elemen-elemen sederhana dalam bentuk ide-ide yang muncul dari pengalaman inderawi. Ide-ide ini bersatu dan berkaitan satu sama lain lewat asosiasi-asosiasi. Atkinson, dkk (1995) menyatakan bahwa asosiasi memiliki kawasan pada cortex cerebral yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses sensorik dan motorik, bagian ini merupakan tempat
penyatuan dari berbagai saluran sensorik yang dapat berfungsi dalam proses belajar.
Asosiasi adalah hubungan antara  dua tanggpan atau lebih yang saling meproduksi (Ahmadi & Supriyono, 1991; Ahmdi, 2003; Walgito, 2004). Mereproduksi artinya, suatu kemampuan yang dimiliki untuk mengeluarkan kembali tanggapan-tanggapan dari dalam kesadaran (Ahmadi & Supriyono, 1991; Ahmadi, 2003). Ahmadi dan Umar (2004) kemudian menyatakan bahwa reproduksi merupakan kembalinya suatu tanggapan dari ruang bawah sadar ke ruang kesadaran, dimana dapat terjadi dengan atau tanpa perantara. Reproduksi yang terjadi dengan perantara dapat disebabkan karena adanya pengaruh perkataan yang menjadi stimulus, sedangkan reproduksi yang terjadi tanpa perantara disebabkan karena munculnya kekuatan sendiri di ruang kesadaran, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Adanya pengaruh yang diberikan dapat menjadi sugesti atau mempengaruhi jiwa seseorang. Di mana orang akan mengakui dan meyakini apa yang  dikehendaki, tanpa adanya pertimbangan-pertimbangan yng dapat menyulitkan dirinya.
                  Soemanto (1998) berpendapat bahwa asosiasi akan terjadi jika tanggapan-tanggapannya kuat, baik itu rangsng sebagai suatu tanggapan maupun tanggapan yang dirangsang. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli-ahli psikologi asosiasi yang menyatakan bahwa asosiasi memiliki semacam kekuatan halus, sehingga apabila tanggapan itu masuk ke dalam kesadaran, maka tanggapan itu akan memanggil tanggapan lainnya dan membawanya ke dalam kesadaran (Suryabrata, 2006). Walgito (2004) juga berpendapat demikian bahwa apabila seseorang ingat akan suatu benda atau tanggapan, maka akan teringat pula dengan benda atau tanggapan lain yang ada hubungannya dengan benda tau tanggapan tersebut. Suryabrata (2002) mendefinisikan asosiasi sebagai hubungan antara tanggapan-tanggapan di dalam jiwa, dalam tanggapan-tanggapan itu, terdapat semacam kekuatan halus yang menyebabkan bila salah satu dari tanggapan-tanggapan itu masuk ke dalam kesadaran maka tanggapan itu akan memanggil tanggapan yang lain dan membawanya kedalam kesadaran.
                  Walgito (1990) mengemukakan bahwa asosiasi terjadi jika antara tanggapan atau bayangan yang satu dengan bayangan yang lain memiliki hubungan atau saling bertaut. Kalau sesorang ingat akan suatu benda maka akan teringatlah pada benda yang lain yang ada hubungannya dengan benda tersebut. Kekuatan untuk menghubungkan ini disebut kekuatan untuk mengadakan asosiasi.
III.    HIPOTESIS
A.   Individu
Ada perbedaan kemampuan subjek dalam melakukan asosiasi antara discreate   free asosiation dengan controlled association.
B.   Kelompok
Ada perbedaan antara kemampuan kelompok dalam melakukan asosiasi antara discreate free association dengan controlled association.

IV.    METODE PENELITIAN
Metode    :  Eksperimental
Desain     :  The One Shot Case Study
V.     PROSEDUR
A.     Material
Daftar kata-kata sebagai stimulus word          
B.  Prosedur Pelaksanaan
1.      Subjek dan eksperimenter duduk di ruangan kosong.
2.      Recorder  membentu eksperimenter mencatat respon, duduk di belakang subjek supaya tidak mengganggu.
3.      Instruksi: “Katakanlah asosiasi yang segera Saudara ingat setelah saya mengatakan suatu perkataan. Saudara tidak boleh memikirkan jawaban yang akan Saudar berikan melainkan apa yang benar-benar seketika itu timbul dalam asosiasi Saudara sat itu.”
4.      Pada discreate free association, subjekharus mengatakan satu kata.
5.      Pada controlled association, subjek harus memberi jawaban yang tertuju sesuai degan instruksi, misalnya, lawannya, persamaannya dan sebagainya.
VI.    PENCATATAN HASIL
A.  Individu

Golongan
Kesimpulan
A
B
A > B
Hasil
16
13
Keterangan:
A  =  Discreate free asosiation
B  =  Controled association




B.  Kelompok
Subjek
A
B
Saha
Ana Wahyuni
Risky Arnitami
Muh. Fahrillah
Rudi
Sudirman
Dahliati
Selvi Rosanah
Rahima
Abd. Muhaimin P
A. Pangeran
Hamzah
Sulfahmi
A. Sadda P
Ima
18
18
11
16
13
11
11
13
16
13
10
15
9
11
17
18
15
18
13
15
13
17
14
20
17
14
15
18
17
15
Jumlah
202
239
Keterangan:
A = Discreate Free Association
B = Controlled Association
VII.  PENGOLAHAN HASIL
A.  Individu

Golongan
Kesimpulan
A
B
A > B
Hasil
16
13
Keterangan:
A  =  Discreate free asosiation
B  =  Controled association
B.  Kelompok
Statistik
A
B
N
X
Σ X
Σ X2
SD
SDm
15
13,47
202
2846
13,77
0,98
15
15,93
239
3869
16,06
1,15

No
Subjek
Sampel
A
A2
B
A2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Saha
Ana Wahyuni
Risky Arnitami
Muh. Fahrillah
Rudi
Sudirman
Dahliati
Selvi Rosanah
Rahima
Abd. Muhaimin P
A. Pangeran
Hamzah
Sulfahmi
A. Sadda P
Ima
18
18
11
16
13
11
11
13
16
13
10
15
9
11
17
324
324
121
256
169
121
121
169
256
169
100
225
81
121
289
18
15
18
13
15
13
17
14
20
17
14
15
18
17
15
324
225
324
169
225
169
289
196
200
289
196
225
324
289
225

Jumlah
202
2846
239
3869
Keterangan:
A = Discreate Free Association
B = Controlled Association
Penyelesaian:
            A     
    
13,47
            B     
    
15,93
SDA               
                               
13,77   
SDB      
                 
16,06
SD2Ma            
                     
0,98



SD2mB            
         
   
                        1,15
SDbm          
 
      
                        1,46
to         
             
                  
            1,68


db        NA ­­­­ + NB – 2
                        14 + 14 - 2
                        28 - 2
                        26
to            1,68   <   tt 5%    2,779 Tidak Signifikan

VIII.    KESIMPULAN
A.     Individu
Ada perbedaan kemampuan subjek dalam melakukan asosiasi antara discreate free assosiatiaon (A) dengan controlled association (B), yang ditunjukkan oleh hasil pengolahan data di mana A = 16 dan B = 13 (A > B) sehinnga hipotesis diterima.
B.     Kelompok
Ada perbedaan kemampuan kelompok dalam melakukan asosiasi antara discreate free association (A) dengan controlled association (B), yang di tunjukkan oleh hasil pengolahan data di mana to = 1,68  dan tt 5% = 2,779 ( to < ts 5% ) sehinga hipotesis ditolak.
IX.       PEMBAHASAN
A.     Individu
Ada perbedaan kemampuan subjek dalam melakukan asosiasi antara discreate free assosiatiaon (A) dengan controlled association (B), yang ditunjukkan oleh hasil pengolahan data di mana A = 16 dan B = 13 (A < B) sehinnga hipotesis diterima. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartono dan Gulo (2003) mendefinisikan asosiasi sebagai gabungan, perkumpulan, persatuan, pergaulan dari setiap bentuk hubungan yang dibentuk melalui proses belajar (learning), Hubungan antar seseorang dengan orang lain. Sedangkan struktur asosiatif adalah ikatan asosiatif diantara kata-kata, apabila suatu kata muncul maka cenderung diharapkan terdengar kata-kata lain yang mengikuti kata sebelumnya. Benar atau salahnya asosiasi yang di sebutkan oleh subjek, itu merupakan jawaban yang berasal  dari pengalaman yang telah dialami se bagian dari proses belajar. Di samping itu pula, gagasan yang di sebutkan oleh JAMES MILL tentang pandangannya dalam aliran asosiasi tidak jauh beda dengan pandangan John Locke tentang ide. Hanya disini Mill membedakan antara penginderaan (sensation) dan ide. Penginderaan adalah hasil kontak langsung alat indera manusia dengan rangsang-rangsang yang datang dari luar dirinya. Ide adalah semacam salinan atau copy dari penginderaan itu yang muncul dalam ingatan seseorang. Ia beranggapan sulit untuk memisahkan penginderaan dari ide, karena penginderaanlah yang menimbulkan ide dan ide tak mungkin ada tanpa seseorang mengalami penginderaan terlebih dahulu. Kemudian Mill berpendapat bahwa ide-ide dapat dihubungkan satu dengan yang lainnya misalnya meja dan kursi. Mekanisme yang menghubungkan satu ide dengan yang lainnya disebut asosiasi. Kuat lemahnya asosiasi ditetapkan oleh tiga kriteria :
1.   Ketetapan (permanency) : Asosiasi yang kuat adalah asosiasi yang permanen, artinya selalu ada kapan saja.
2.   Kepastian (certainty) : Suatu asosiasi adalah kuat kalau orang yang berasosiasi itu benar-benar yakin akan kebenaran asosiasinya itu.
3.   Fasilitas (facility) : Suatu asosiasi akan kuat kalau lingkungan sekitar cukup banyak prasarana atau fasilitas.
B.     Kelompok
Ada perbedaan kemampuan kelompok dalam melakukan asosiasi antara discreate free association (A) dengan controlled association (B), yang di tunjukkan oleh hasil pengolahan data di to = 1,68  dan tt 5% = 2,779 ( to < ts 5%) sehinga hipotesis diterima. Sebagai mana yang dikemukakan oleh Soemanto (1983) bahwa mengasosiasikan adalah aktifitas menghubungkan tanggapan yang satu dengan tanggapan yang lain di dalam jiwa. Asosiasi baru dapat terjadi apabila tanggapan-tanggapannya kuat. Betapapun kuatnya rangsangan suatu tanggapan, apabila tanggapan yang dirangsang lamah maka hal ini menyulitkan terjadinya asosiasi. Ini menunjukkkan bahwa perbedaan individu, konsentrasi subjek dan ruangan yang kondusif merupakan faktor yang  sangat berperan penting dalam proses eksperimen asosiasi sehingga kecil peluang kesalahan testee dalam memberikan jawaban.
X.        KESAN-KESAN SELAMA EKSPERIMEN
A.   Kondisi Fisik
1.    Suasana dalam ruangan eksperimen sangatlah Nyaman.karena dilengkapi dengan santapan pisang goreng dan ubi jalar yang hangat dan secangkir sara’ba susu ala lesehan alauddin
2.    Suasana ruangan eksperimen amatlah meriah dengan berbagai hiburan yang di tampilkan (misalnya tv dan alunan suara musik).
3.    Suhu ruangan terasa sejuk,karena tatanan dari ruangan tersebut di lengkapi dengan AC dan kipas angin yang terpasang di setiap sudut-sudut ruangan.
B.   Kondisi Psikologis
1.    Testee sangatlah santai dengan gaya dan ekspresi keceriaan  yang dia miliki.kadang suka bercanda dengan gayanya sendiri (humoris dan kasar).
2.    Setia diberikan pertanyaan,testee santai saja,akan tetapi cukup memukau dari jawaban yang dia berikan.jelas,tepat,akurat dan simple.
3.    Testee merasa heran.ini di sebabkan dengan beberapa pertanyaan yang di anggapnya lumrah, tetapi susah dalam penangkapannya.akan tetapi,disaat pertanyaan itu susah di tanggapi,dengan spontannya dia mudah untuk menjawab pertanyaan tersebut
4.    Testee tidak begitu memahami eksperimen, hal ini terlihat dari beberapa pertanyaan yang muncul dari testeer yang kadang kala testee melakukan kesalahan dan mencoba meralat jawabannya. Akan tetapi testeer memberikan suatu pemahaman yang cukup bijak,kalau eksperimen ini dilakukan untuk mengukur tingkat kemampuan dari testee.  
XI.       KEGUNAAN SEHARI-HARI
A.    Asosiasi ini dapat memberikan daya tarik tersendiri, dari segi kemampuan dan daya ingat testee. Ini sangat membantu untuk mengedentifikasi bagaimana sebenarnya tingkat kemampuan yang dimiliki dari testee dari penilaian tester
B.    Bagi kalangan pelajar, dapat membantu menghafal teori dan rumus dengan cara           mengasosiasikannya           dalam hal-hal yang berhubungan sistematika pembelajaran, baik itu secara internal dan eksternal yang mudah di tangkap dan di pahami.
C.   Asosiasi ini, dapat membantu seseorang untuk meningkatkan daya ingat  dan pemikirannya yang diterapkan dalam hal-hal tertentu, misalnya penerapan dalam karir, kejadian yang mengesankan, dan lain sebagainya.
D.   Dengan penerapan asosiasi di kalangan anak-anak, akan mempengaruhi perubahan sikap dan tingkah laku yang di milikinya, dari hal negatif dapat di ubah menjadi positif. Ini merupakan  asosiasi pengajaran dan bimbingan yang di dapatkan seorang anak dari orang tua dalam ruang lingkup keluarga dan guru dalam proses belajar mengajar.
E.    Asosiasi adalah suatu kebutuhan dalam peningkatan daya ingat kita.Jika sering di latih, maka daya ingat kita semakin meningkat. Begitu pula sebaliknya.

 Makassar, 09   November  2009
                                                                                      Eksperimenter

       

           Nur Aeni  Latifah

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A., & Supriyono, W. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ahmadi, A., & Umar, M. 2004. Psikologi Umum Edisi Revisi. Surabaya: PT Bina Ilmu.

Atkinson R. L Chaplin, J. P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan oleh Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soemanto, W. 1998. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suryabrata, S. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Walgito, B. 1990. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.


1 komentar:

  1. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif :
    arena-domino.club
    arena-domino.vip
    100% Memuaskan ^-^

    BalasHapus