Dalam usaha menginterpretasi oranglain sering digunakan dimensi-dimensi tertentu. Wrightman (1981) mengemukakan ada 6 dimensi pokok, yaitu:
1. Dapat dipercaya – tidak dapat dipercaya
2. Rasional – tidak rasional
3. Altruis – orientasi diri (selfness)
4. Independen – conform dengan kelompok
5. Variatif – kesamaan
6. Kompleksitas – kesederhanaan
Melalui perkembangan dan pengalaman, orang membangun konsep kepribadian implicit (implicit personality theory), yaitu asumsi-asumsi adanya sifat-sifat tertentu yang berkorelasi dengan sifat lain. Orang yang memiliki kecenderungan demikian disebut psikolog naïf.
Pembentukan Kesan / Persepsi
Pengetahuan tentang orang-orang tertentu dan kaitannya dengan atribut tertentu sering diistilahkan sebagai prototype. Hasil prototype memunculkan adanya stereotype, yaitu pemberian atribut tertentu pada sekelompok orang tertentu. Contoh: orang Indonesia ramah, orang Amerika individualistis.
Dalam pembentukan kesan, stereotype sulit diabaikan begitu saja. Stereotype akan membatasi persepsi dan komunikasi, stereotype juga bisa dimanfaatkan untuk membina hubungan yang lebih lanjut. Pada konsep kepribadian implicit, stereotype juga akan memunculkan illusory correlation, yaitu mengaitkan secara berlebihan antara satu karakteristik dengan karakteristik yang lain secara general.
Kategori Sosial
Dalam pembentukan kesan terhadap oranglain, ada kecenderungan untuk secepatnya mengkategorika orang tersebut ke dalam suatu cirri tertentu. Penilaian yang cepat ini (snap jugdment) memiliki arti penting dalam proses pembentukan kesan selanjutnya. Contoh yang sering ditemu adalah munculnya halo efek. Yang disebut gejala self-fulfilling prophecy adalah pembuatan kategorisasi tertentu dengan diwarnai harapan berdasarkan asumsi penilai.
Teori-teori Atribusi (Labelling)
Ada 3 teori atribusi, yaitu:
1. Theory of Correspondent Inference (Edward Jones dan Keith Davis)
Apabila perilaku berhubungan dengan sikap atau karakteristik personal, berarti dengan melihat perilakunya dapat diketahui dengan pasti sikap atau karakteristik orang tersebut. Hubungan yang demikian adalah hubungan yang dapat disimpulkan (correspondent inference).
Bagaimana mengetahui bahwa perilaku berhubungan dengan karakteristiknya?
a. Dengan melihat kewajaran perilaku. Orang yang bertindak wajar sesuai dengan keinganan masyarakat, sulit untuk dikatakan bahwa tindakannya itu cerminan dari karakternya.
b. Pengamatan terhadapan perilaku yang terjadi pada situasi yang memunculkan beberapa pilihan.
c. Memberikan peran berbeda dengan peran yang sudah biasa dilakukan. Misalnya, seorang juru tulis diminta menjadi juru bayar. Dengan peran yang baru akan tampak keaslian perilaku yang merupakan gambaran dari karakternya.
2. Model of Scientific Reasoner (Harold Kelley, 1967, 1971)
Harrold Kelley mengajukan konsep untuk memahami penyebab perilaku seseorang dengan memandang pengamat seperti ilmuwan, disebut ilmuwan naïf. Untuk samapi pada suatu kesimpulan atribusi seseorang, diperlukan tiga informasi penting. Masing-masing informasi juga harus menggambarkan tinggi-rendahnya. Tiga informasi itu, adalah:
a. Distinctiveness
Konsep ini merujuk pada bagaiman seorang berperilaku dalam kondisi yang berbeda-beda. Distinctivness yang tinggi terjadi apabila orang yang bersangkutan mereaksi secara khusus pada suatu peristiwa. Sedangkan distinctiveness rendah apabila seseroagn merespon sama terhadap stimulus yang berbeda.
b. Konsistensi
Hal ini menunjuk pada pentingnya waktu sehubungan dengan suatu peristiwa. Konsistensi dikatakan tinggi apabila seseorang merespon smaa untuk stimulus yang sama pada waktu yang berbeda. Apabila responnya tidak menentu maka seseorang dikatakan konsistensinya rendah.
c. Konsensus
Apabila oranglain tidak bereaksi sama dengan seseorang, berarti konsensusnya rendah, dan sebaliknya. Selain itu konsep tentang consensus selalu melibatkan oranglain sehubungan dengan stimulus yang sama.
Dari ketiga informasi diatas, dapat ditentukan atribusi pada seseorang. Menurut Kelley ada 3 atribusi, yaitu:
• Atribusi Internal, dikatakan perilaku seseorang merupakan gambaran dari karakternya bila distinctivenessnya rendah, konsensusnya rendah, dan konsistensinya tinggi.
• Atribusi Eksternal, dikatakan demikian apabila ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, consensus tinggi, dan konsistensinya juga tinggi.
• Atribusi Internal-Eksternal, hal ini ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, consensus rendah, dan konsistensi tinggi
3. Atribusi Keberhasilan dan Kegagalan (Weiner)
Ada dua macam dimensi pokok:
a. Keberhasilan dan kegagalan memiliki penyebab internal atau eksternal.
b. Stabilitas penyebab, stabil atau tidak stabil.
Kestabilan
Locus of Ctrl Tidak stabil
(temporer) Stabil
(permanen)
Internal Usaha, mood, kelelahan Bakat, kecerdasan, karakteristik fisik
Eksternal Nasib, ketidaksengajaan, kesempatan Tingkat kesukaran tugas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar