Identitas klien
Nama : Ilma Indah Sari
Umur : 4 Tahun
Alamat : Bantaeng
I. Latar belakang masalah
Dalam kehidupan sehari-hari beriring dengan segala aktifitas, akan muncul beberapa masalah yang dianggap perlu untuk dibenahi dan diperhatikan secara seksama. Ini nampak dari beberapa anak yang mengalami keganjilan dalam hidupnya. Bisa dikatakann bahwa kehidupan yang dialaminya tidak rasional. Demikian halnya yang di alami oleh klien saya.Kejadian aneh yang di alami anak ini cukup rumit bagi saya. Karena tidak spesifik dalam pikiran kalau anak seumuran dia akan bermasalah fatal dalam dirinya.
Kejadian ini berawal pada saat tanggal 31 Desember 2009. Pada saat itu saya bersama anggota keluarga rekan saya mengadakan suatu acara untuk menyambut tahun baru yang di adakan di rumah rekan saya. Penyambutan ini kami buat semeriah mungkin supaya mengesankan sekaligus sebagai wahana kegembiraan untuk menyambut tahun 2010 yang spesifik dengan tekhnologi semakin canggih. Di samping itu pula saya mengajak adik rekan saya yang bernama Ilma untuk bergabung dalam acara ini. Saking senangnya ilma ikut dalam acara ini, sampai-sampai dia mencium saya dan memeluk erat sekali. Saya bisa mengerti keadaan anak-anak seumuran ilma ketika mengalami suatu kegembiraan. Kami semua tahu,bahwa ilma adalah seorang anak yang periang, cerewet, suka berbagi cerita dalam angan yang ingin dia capai.yang lebih mengesankan lagi dari dirinya ialah sifatnya yang agak dewasa di banding anak seumuran lainnya.
Tepat pukul 00.00 wita, saya beserta rekan dan anggota keluarganya memperingati tahun baru dengan gemerlap petasan sebagai tanda kemeriahan di tengah malam, langit biru begitu indah dengan nuansa pernak-pernik dari petasan yang berwarna-warni.
Di saat kami semua terlelap dengan acara tersebut rekan saya yang bernama ril, sms ke hp saya yang mengatakan “tolong ke teras smping sekarang, soalnya ilma gemetaran di sini. Dengan sigap saya tersentak kaget. Karena saya merasa saat ini ilma bersama saya. Ternyata dia masuk ke rumah tanpa saya sadari. Saya langsung masuk ke rumah dan mengajak kedua orang tua ilma untuk melihat kondisi yang dialami ilma sekarang ini. Saat itu kami semua bertanya kepada ilma tentang kejadian yang dia alami. Tidak lama kemudian ilma berceritra tentang hal yng dialaminya saat itu. Dia mengatakan bahwa dirinya kaget dengan letusan petesan yang dilihatnya. Dia sangka itu adalah sebuah bom yang meledak dan bisa membunuh semua orang yang hadir saat itu. Dengan reflek dia langsung berlari masuk ke rumah dengan harapan untuk berlindung. Ini disebabkan dari tontonan televise yang pernah di lihat oleh ilma dalam sebuah berita yang menggambarkan betapa dahsyatnya letusan bom yang bisa menghempaskan segala sesuatu di sekitar wilayah letusan tersebut. Kejadian ini membuat dia trauma mendengar suara letusan keras sampai sekarang ini
II. Observasi:
Dilihat dari segi yang dialami oleh ilma pada saat sekarang ini, berdampak dari halusinasi atau khayalan yang negative pada dirinya. Seakan-akan semuanya nyata dari suatu kejadian yang mirip dari sebenarnya. Ilma yang saat itu langsung saya bawa ke ruang keluarga untuk menenangkan dirinya sambil memberikan hiburan supaya hal yang di alaminya selang beberapa saat bisa dilupakannya walaupun itu bersifat sementara. Dia hanya bisa diam dan sesekali menatap ke arah saya sambil tersenyum dengan wajah yang masih di baying-bayangi oleh rasa takut. Dan tak lama kemudian dia tertidur pulas. Mungkin karena kewalahan dari acara tahun baru yang di ukutinya dan menepiskankan rasa takut dari kejadian yang di alami sebelumnya. Saya hanya bisa menatap sekaligus melihat apa yang terjadi pada ilma saat ini. Dan saya berdoa, mudah-mudahan apa yang di alaminya bisa hilang dari pikirannya, dan kembali seperti semula. Ilma yang periang cerewet dan menyenangkan hati.
III. Diagnosa:
Ilma merasa ketakutan (fobia) dengan kejadian letusan petasan yang dipikirannya adalah sebuah letusan bom. Hal yang seperti ini kadang-kadang membuat dia melakukan hal-hal yang tidak diinginkan dan di luar kendali
IV. Solusi:
Jika anak mengalami ketakutan (fobia), orangtua hendaknya berusaha memberikan terapi yang diperlukannya.Ada tiga langkah penting yang dapat ditempuh.Pertama, berilah penjelasan yang logis dan rasional tentang sesuatu yang membuatnya ketakutan. Ini harus didukung dengan diskusi terbuka dan menyenangkan. Kedua, bimbinglah untuk membiasakan diri bersikap realistis. Misalnya jika anak sangat takut melihat kecoa, maka ajaklah ia untuk memahami pola hidup kecoa. Sedikit pengetahuan ilmiah tentang kecoa juga perlu dijabarkan. Contohnya, kecoa adalah binatang yang berhabitat di lingkungan yang cenderung jorok dan gelap. Maka jika tidak ingin diganggu oleh kecoa, harus menjaga kebersihan lingkungan.Ketiga, berilah saran untuk berbagi pengalaman dengan anak lain yang sama-sama mengalami fobia. Misalnya dengan anak tetangga, atau teman sekolahnya. Hal ini akan membuatnya berbesar hati dan memperkuat mentalnya.
V. Saran atau Rujukan:
Konsultasikanlah kepada ahli psikiater tentang kejadiaan yang di alami oleh ilma. Serta meminta tanggapan atau solusi dari penyakit yang di alaminya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar