Biografi


Nama : Nur Aeni Latifah
Nim    : 45 07 091 008
Tugas mid semester

WHO AM I
Nur Aeni Latifah adalah puteri daerah asal Sulawesi Selatan. Eni (nama sapaan yang diberikan oleh orang tua saya) Lahir di Palopo pada tanggal 27 september  1989 dari pasangan  ayah Drs. Ibrahim Lahab (saat ini bekerja sebagai PNS, dengan ibu Nur Hasmi. B.A. (Sebagai seorang IRT). Saya anak bungsu dari tiga bersaudara. Kakak pertama saya bernama Suhrawardi Saefullah (sebagai pegawai honorer di SMA neg.1 padang Sappa), serta kaka kedua saya bernama Abd. Qadir Jaelani (Mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Memulai pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 54 Lanipa, kemudian melanjutkan pendidikan di Pondok pesantren DDI-AD Mangkoso Barru Sulawesi Selatan pada tingkat I’dadiyah selama setahun dan melanjutkan ke tingkat Tsanawiyah selama tiga tahun, dan madrasah Aliyah selama tiga tahun di tempat yang sama. Karena pondok pesantren ini merupakan boarding school (sekolah berasrama), maka kami diwajibkan tinggal di asrama dan mentaati peraturan yang ada di dalamnya.
 Di Tingkat I’dadiyah kami hanya belajar  tentang dasar-dasar ilmu keagamaan dan sedikit ilmu pengetahuan umum, misalnya Nahwu Sharaf, ilmu Tauhid, Bahasa Arab, ilmu Tajwid, Al-Qur’an, Tafsir, dan Bahasa Inggris.
Kemudian di tingkat Tsanawiyah kami banyak mempelajari ilmu keagamaan dan semua ilmu pengetahuan umum seperti halnya di sekolah umum (SMP). Di tingkat ini kami diajarkan untuk menerapkan kedisiplinan waktu dan ilmu baik di sekolah maupun di asrama. Di sini kami hidup dengan penuh peraturan yang mana peraturan ini memaksakan diri untuk melaksanakan peraturan yanga ada seperti pada pukul 04:30 kami harus bangun untuk melaksanakan shalat subuh secara berjamaah di mesjid, kemudian pada pukul 07:10 kami harus berada di sekolah sampai pukul 13:30, lalu melaksanakan shalat dhuhur secara bersamaan, dan makan siang di kantin, lalu beristirahat. Pada pukul 15:30 kami melanjutkan aktivitas dimulai dari shalat ashar, lalu membersihkan taman sampai pukul 16:30. Setelah ba’da magrib kami melanjutkan dengan pengajian kitab kuning sampai masuk isya dilanjutkan dengan shalat jamaah, setelah itu dilanjutkan dengan aktivitas lain (makan, kerja tugas, cerita, dan sebagainya). Dan peraturan ini sangat ketat maka bagi yang melanggar akan dikenakan sanksi atau denda misalnya bagi yang tidak shalat jamaah memakai kudung pelanggaran yang ditandai dengan warna yang mencolok, atau keluar kampus tanpa izin dan melewatinya maka akan dikenakan sanksi berupa hukuman.
Setelah melanjutkan tingkat aliyah atau menengah, tidak jauh beda dengan peraturan yang ada di tingkat tsanawiyah. Tapi di sini kami betul-betul dipaksakan untuk belajar mandiri, itu karena faktor tempat dan fasilitas yang cukup. Di tingkat Aliyah ini kami dipindahkan di kampus III (kampus  Nurul Hidayah) atau biasa disebut bukit Bulu’ Lampang. Karena tempatnya di atas bukit maka kadang-kadang kami mengalami kesulitan seperti jalanan yang mendaki, air yang kadang-kadang tidak mengalir, serta jajanan yang terbatas. Namun kami tetap merasa nyaman dan betul-betul merasakan arti kebersamaan.
Di bukit ini, kami dipisahkan oleh santri  putra yang mulai dari santri putra I’dadiyah sampai mahasiswa, yang ada hanya pembina dan santriwati aliyah putri. Makanya setiap ada pekerjaan hanya kami yang mengerjakannya dengan cara bergotong royong, dan itulah yang membuat kami makin akrab dan mandiri. Tapi namanya juga remaja atau masa-masa pembangkan atau labil yang kadang-kadang membuat kami jenuh dengan segala peraturan yang ada serta tempat yang penghuninya dominan perempuan. Membuat kami selalu melanggar peraturan yang ada, misalnya keluar kampus tanpa izin atau melewati izin yang diberikan.
Itulah sedikit kisah tentang kami yang membuat kami sangat bersyukur pernah tinggal di pesantren dengan peraturan-peraturan yang ketat karena sedikit mengubah sikapku yang manja, keras kepala, introvert, dan pokoknya reaktif menjadi orang yang sedikit proaktif. Yang membuatku menjadi mandiri dan tidak terlalu tergantung dengan orang lain.
Teori yang kami gunakan disini adalah teori behaviour (tingkah laku) dan teori humanistik yang mana mempelajari tentang tingkah laku manusia serta teori belajar dan teori psikologi sosial. Dalam teori ini mengajarkan sejauh mana kita bisa mempelajari tingkah laku orang-orang yang ada disekeliling kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar