Makalah Psikologi Remaja


                Masa/periode remaja adalah masa pencarian jati diri, sebagaimana yang dikatakan oleh Jundul Hayah dalam "Jurnal Psikologi Remaja". Banyak para ahli mengatakan bahwa periode remaja merupakan "Period of Storm and Strees", dengan alasan bahwa pada masa remaja terjadi kegamangan atau periode yang penuh gejolak. Arnett menarik tipikal yang secara general biasa dihadapi oleh para remaja: (1) konflik dengan orang tua, (2) perubahan mood yang cepat, (3) perilaku yang berisiko (dalam Lugesen, 2003).
               Pentingnya mengarahkan peserta didik, terutama pada tahap remaja madya: 16 - 18 tahun dengan anggapan bahwa pada masa remaja merupakan masa puncak pengenalan jati diri. Sikap mereka yang mudah terpengaruh terhadap lingkungan, emosi yang tak menentu, serta jiwa yang labil dan ingin mandiri padahal mereka belum bisa memecahkan persoalan dirinya sendiri, ditambah lagi rasa malu yang terkadang berlebihan membuat pendirian mereka rapuh dan mudah dipengaruhi oleh orang lain, terutama pada teman sebayanya. Mereka sangat suka bersenang-senang dan hidup hura-hura, sehingga mereka lupa   akan            masa    depannya.
               Oleh karena itu, diperlukan bimbingan guna mengarahkan mereka untuk mencapai apa-apa yang mereka cita-citakan, supaya mereka menjadi generasi penerus bangsa yang tergolog manusia-manusia efektif, yang      berguna untuk keluarga, bangsa, serta agama.
               Bagaimana caranya mengarahkan mereka menuju cita-cita:
1. Ajak mereka berbicara dari hati ke hati, buatlah perasaan mereka nyaman;
2. Tanyakan tentang kegemaran, kemudian cita-cita mereka;
3. Berikan pandangan positif mengenai apa yang mereka cita-citakan;
4. Berikan jalan keluar solusi tentang rencana-rencana apa yang harus mereka buat, guna
    mencapai cita-cita mereka.
5. Berilah motivasi kepada mereka untuk lebih gigih dalam mencapai cita-cita.

Contoh: Seorang siswa yang ingin menjadi dokter, rencana-rencana yang harus disusun, yaitu:
1. Pada bangku SMU: harus belajar dengan baik, menyukai pelajaran IPA, gemar membaca
buku-buku         tentang             pengobatan;
2. Pada bangku perguruan tinggi: kuliah di fakultas kedokteran, belajar dengan tekun agar mendapat IPK > 3, kuliah sambil magang di rumah sakit/dokter professional;
4. Buka praktik sendiri sambil bekerja di rumah sakit, merencanakan melanjutkan S2 sebagai dokter spesialist.

Dengan demikian, mereka akan lebih percaya diri, gigih, dan tekun dalam mencapai apa-apa yang mereka cita-citakan.
Minat dan cita-cita anak akan menumbuhkan suatu orientasi hidup yang positif untuk mengembangkan diri. Selain itu dengan memiliki cita-cita, seorang anak juga akan memiliki tujuan hidup
Minat dan bakat pada anak mungkin masih bisa berubah. Seiring bertambahnya usia, kian meluasnya wawasan dan ilmu yang diperoleh anak, boleh jadi cita-cita anak menjadi bergeser. Apalagi, bila Anak telah mengetahui dan mengenal berbagai macam profesi yang ada. Si kecil yang dulu ingin menjadi dokter, bisa jadi saat ini telah memilki impian lain menjadi sutradara. Muncul pula profesi popular lainnya seperti designer, pemain band, presenter tv bahkan menjadi video jockey (vj). Hal tersebut terjadi karena cita-cita biasanya muncul dari ketertarikan atau minat yang sesuai dengan pengalaman dan kesehariannya.
Bagi sebagian remaja meneropong cita-cita merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Karena dihadapan mereka begitu banyak pilihan dan begitu banyak keiinginan yang ingin mereka raih. Namun apapun pilihan mereka pada akhirnya, setiap anak menginginkan dan membutuhkan dukungan dari orangtua. Dukungan untuk suatu cita-cita yang anak inginkan tentunya bukanlah suatu yang merugikan. Sokongan dari orangtua akan terus menguatkan motivasi dan kegigihannya untuk belajar dan mengejar impiannya.
Minat dan cita-cita anak akan menumbuhkan suatu orientasi hidup yang positif untuk mengembangkan diri. Selain itu dengan memiliki cita-cita, seorang anak juga akan memiliki tujuan hidup. Berikut tips yang mungin bisa Anda ikuti guna menemukan cita-cita yang benar-benar anak inginkan:
Pertama, Anak harus dapat mengksplorasi diri seluas mungkin. Untuk mengejar cita-cita yang sesuai minat, ia harus mengeksplorasi diri. Ukurlah kemampuan anak hingga batas maksimal. Usahakan agar minat dan keinginan tersebut, bukan suatu paksaan. Biarkan anak memutuskan suatu keputusannya sendiri yang memang benar-benar menjadi minat mereka.
Setelah puas mengeksplorasi diri, ambil keputusan dan tetapkan cita-cita. Orangtua sebenarnya dapat mengarahkan anak untuk menetapkan satu impian. Arahan ini bukan paksaan tapi bimbingan untuk melihat impian sesuai dengan kemampuan. Kembangkan bakat yang menonjol darinya dan eksplorasi secara maksimal. Jika impian dapat sesuai dengan bakat dan kemampuannya, maka cita-cita akan lebih mudah dicapai. Dengan melihat batas kemampuan ini, Anda dapat mengurangi rasa depresi pada anak. Apalagi, jika dalam tahap eksplorasi, pencapaian impian tersebut tidak mengalami suatu kemajuan. Nah, saat ini tepat untuk mengarahkannya sesuai kemampuannya yang lain.
Setelah mempunyai ketetapan hati dan cita, maka perlulah sebuah perencanaan cita. Agar cita-cita yang diinginkan dapat terwujud, diperlukan penyusunan sebuah rencana matang untuk meraihnya. membuat suatu perencanaan yang terarah dan matang meliputi perhitungan dengan kegiatan anak saat ini, usia, dan kemampuan untuk belajar. Sementara itu, sejumlah persiapan seperti fasilitas, dana hingga persiapan mental juga perlu disiapkan. Sebagai Contohnya, ketika anak bercita-cita menjadi pemain gitar professional. Adapun langkah yang harus diambil, antara lain, mencari tempat kursus atau guru professional, menyediakan buku-buku yang dapat menunjang minatnya ini, dan mencari sekolah formal untuk kian memfokuskan cita-cita. Kesiapan mental anak juga mesti dipersiapkan dengan memaparkan prospek dari cita-citanya.
Hal lain yang dapat Anda lakukan yaitu membulatkan tekadnya. Jadi tak cukup untuk menetapkan ketetapan hati tanpa kebulatan tekad. Hal tersebut penting karena dalam perjuangan meriah cita-cita tentunya tidak akan terelakkan dari cobaan dan tantangan yang berat pula. Untuk itulah dibutuhkan tekad dan keinginan besar untuk terus berusaha dan tak kenal lelah. Hal ini berkaitan dengan kesungguhan anak akan minat dan cita-citanya. Orangtua berperan besar untuk terus menjaga stamina semangat dan minat anak pada cita-citanya itu.
Menurut Ginzberg, Ginsburg, Axelrad, dan Herma (1951) tahap perkembangan karier pada anak dibagi menjadi 3 (tiga) tahap pokok, yaitu:
Tahap Fantasi : 0 ? 11 tahun (masa Sekolah Dasar)
Tahap Tentatif : 12 ? 18 tahun (masa Sekolah Menengah)
Tahap Realistis :19 ? 25 tahun (masa Perguruan Tinggi)
Pada tahap fantasi anak sering kali menyebutkan cita-cita mereka kelak kalau sudah besar, misalnya ingin menjadi dokter, insyinyur, pilot, guru, tentara, dll. Pada dasarnya, mereka sekedar berfantasi saja secara bebas, yang sifatnya sama sekali tidak mengikat.
Tahap tentatif dibagi menjadi 4 (empat) sub tahap, yakni: (1) sub tahap Minat (Interest); (2) sub tahap Kapasitas (Capacity); (3) sub tahap Nilai (Values) dan (4) sub tahap Transisi (Transition).
Pada tahap tentatif anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Ada yang lebih berminat di bidang seni, sedangkan yang lain lebih berminat di bidang olah raga. Selain itu, mereka mulai sadar bahwa kemampuan mereka juga berbeda satu sama lain. Ada yang lebih mampu dalam bidang matematika, sedang yang lain dalam bidang bahasa, atau lain lagi bidang olah raga.
Pada sub tahap minat 11-12 tahun anak telah mempunyai kecenderungan melakukan pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan minat dan kesukaan mereka saja. Sedangkan pada sub tahap minat 13-14 tahun, anak sudah mulai melakukan pekerjaan atau kegiatan berdasarkan pada kemampuan masing-masing, di samping minat dan kesukaannya. Selanjutnya pada sub tahap minat 15-16 tahun, anak sudah bisa membedakan mana kegiatan atau pekerjaan yang dihargai oleh masyarakat, dan mana yang kurang dihargai. Sedangkan pada sub tahap transisi 17-18 tahun, anak sudah mampu memikirkan atau "merencanakan" karier mereka berdasarkan minat, kemampuan dan nilai-nilai yang ingin diperjuangkannya.
Pada usia perguruan tinggi 18 tahun ke atas, remaja memasuki tahap realistis, di mana mereka sudah mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin dikejar. Lebih lagi, mereka juga sudah lebih menyadari berbagai bidang pekerjaan dengan segala konsekuensi dan tuntutannya masing-masing. Pada tahap ini, seorang remaja sudah mampu membuat perencanaan karier secara lebih rasional dan obyektif.
Tahap realistis sendiri, dibagi menjadi 3 (tiga) sub-tahap, yakni sub-sub tahap (1) eksplorasi (exploration), (2) kristalisasi (chystallization), dan spesifikasi/penentuan (specification).
Pada sub tahap eksplorasi, umumnya remaja mulai menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada tahap tentatif akhir. Mereka menimbang-nimbang beberapa kemungkinan pekerjaan yang mereka anggap sesuai dengan bakat, minat, serta nilai-nilai mereka, namun mereka belum berani mengambil keputusan tentang pekerjaan mana yang paling tepat. Dalam hal ini termasuk masalah memilih sekolah lanjutan yang sekiranya sejalan dengan karier yang akan mereka tekuni.
Pada sub tahap berikutnya, yakni tahap kristalisasi, remaja mulai merasa mantap dengan pekerjaan dan karier tertentu. Berkat pergaulan yang lebih luas dan kesadaran diri yang lebih mendalam, serta pengetahuan akan dunia kerja yang lebih luas, maka remaja makin terarah pada karier tertentu meskipun belum mengambil keputusan final. Dan pada akhirnya, pada sub tahap spesifikasi remaja sudah mampu mengambil keputusan yang jelas tentang karier yang akan dipilihnya.
PROBLEMATIKA DAN CITA-CITA REMAJA
Kelahiran kita di dunia ini memiliki sebuah tahap-tahap keberhasilan.mulai dari kecil sampai detik ini kita masih dalam tahap-tahap tersebut.terkadang kita mendapatkan jalan yang sangat lurus dan mulus.dan terkadang juga kita mendapatkan jalan yang berliku-liku.tapi,sebagai remaja yang masih panjang perjalanan hidupnya kita harus menanggapinya dengan sabar,optimis,dan masalah-masalah pun harus teratasi.
Kita semua pasti memiliki sebuah cita-cita yang ingin kita wujudkan dan untuk mewujudkannya itu semua butuh proses dan kesiapan yang besar. Maka dari itu kita harus memiliki pendidikan dan kebudayaan. Karena pendidikan adalah aspek dari kebudayaan. Pendidikan tidak akan tumbuh besar tanpa di sirami dengan kebudayaan dan sebuah sopan santun dalam pergaulan.
Untuk menjalani sebuah cita-cita pasti ada problematika yang sangat membebani,yaitu:
1. Ketidakmatangan intelektual dan emosional.
2. Tidak mampu berprestasi dan membanggakan prestasi orang tua.
3. Solidaritas terlalu berlebihan.
4. Lebih mengandalkan okol daripada akal.
Maka dari itu untuk melewati beban ini kita harus bisa mengatasinya dengan baik.langkah-langkah dalam mengatasi hambatan,yaitu:
1. Berdoalah kepada Allah lalu tulislah tujuan anda secara terperinci
2. Tulislah kesenjangan antara tujuan dan keadaan hambatan
3. Tulislah perencanaan apa yang bisa anda lakukan
4. Jalan keluar untuk mengatasi kesenjangan hambatan keadaan yang berkaitan dengan waktu,jadwal,dan tindakan
5. Pilih solusi terbaik yang sesuatu dan nyaman dalam membuat tindakan menuju cita-cita dan kesuksesan.
Maka dari itu kita harus memperhatikan pendidikan,kebudayaan,dan cara kita mengatasi masalah dalm meraih cita-cita.ingatlah pesan dari John Dewey yang mengatakan bahwa “Education to Promote Griwth” (sebuah pendidikan untuk memperhatikan tumbuhnya menjadi besar).mudah-mudahan masa depan kita akan cerah sebagaimana yang kita inginkan.berjuang terus untuk generasi muda dan untuk Negara dan bangsa Indonesia



PERKEMBANGAN, MINAT, DAN CITA-CITA REMAJA
                                      
       



                                 KELOMPOK VII



                                    Nur Aeni Latifah   :45 07 091 008
                                    Uzi Ramadhani     :45 07 091 014
                                    Darmawati           :45 07 091 004




                             FAKULTAS PSIKOLOGI
                       UNIVERSITAS 45 MAKASSAR









Tidak ada komentar:

Posting Komentar